song

Monday, August 27, 2012

Strawberry Pasar Malam


Ini es krim rasa strawberry, jilatan pertama yang terlalu nikmat. Terlebih di mana tempat ini adalah pasar malam di kota apik. Dibayangi dengan imaji horizontal tentang bagaimana cara menebar pesona. Backsound gelak tawa anak-anak dengan ornamen dangdut di sekitaran, benar-benar hidup dalam cerita fiksi, ahh.. tidak begitu, bukankah cerita fiksi diadopsi dari imaji serupa, serupa binar-binar saya saat ini. Strawberry itu bukan buah biasa, selain merahnya yang merona seperti gincu ibu-ibu, strawberry punya rasa beda. Apa iya begitu? Hmm…. cokelat sudah pasti manis, melon, semangka sudah pasti manis juga, lantas strawberry? Asam, manis, kecut, unik.
Ini pijakan pertama di pasar malam. Tunggangan pertama kincir-kincir di pasar malam, rasanya tidak beda dengan kincir-kincir  pada wahana bermain di Jakarta Utara. Jika saya jadikan kota ini sebagai kota liburan, senang sekali rasanya. Uraian cerita ini dikonstruksikan dengan pandangan retina sejajar layar jinjing empat belas inc. Mereka yang membaca pikiran ini bilang untuk tidak membingkis cerita ini lebih dalam lagi takut akan timbul pacuan rasa rindu atas kepergian sang panglima hari ini. Sebatas menaruh mimpi tidak akan masalah, sebatas berimaji dan bermain cerita tidak akan masalah, dan jika hanya sebatas bergulingkan rindu itu lebih baik dari sekedar tahan haru yang lantas jadikan diri bisu.
Bacaan cerita yang berpararel malam tadi. Halusinasi tingkat tinggi bahkan giringan batin untuk tuturkan maaf. Lintas ego bergelit tak mau kalah, katanya saya terlalu cerdik bermain umpatan. Jadi, hal yang tepat adalah mencari selingan cerita untuk kacaukan otak kanannya dan saya akan lanjutkan berseni kata. Tidak banyak yang saya punya, sebatas lingkaran janji untuk setia menunggu akan kedatangan setelah satu pekan kepergian. Seharusnya ada pesta strawberry malam tadi, bukan bubur ayam dengan asin kecap juga jamuan penutup nyanyian lagu lama tempo itu.


Sekarang tinggal tunggu tontonan selanjutnya, dan pojokan mana yang akan dijadikan kongkoan untuk mengadu cerita batin. Sejak loteng itu dijeruji besi hanya kepala yang dapat melongok tidak ada lagi permainan ketikan tangan di layar jinjing putih di loteng sana. Dan sejak pojok jendela ruang tamu itu dihiasi vas keramik besar tidak lagi ada intipan tetangga sebelah untuk tumpangan bersenyum ria. Dan sejak tembok teras ditinggikan tidak ada lagi kepingan cerita rumah tangga tetangga sebelah, terlebih malam hari saat sang istri dan suami berbagi fantasi di ranjang. Sekarang hanya tinggal sudut kamar bercat merah putih yang jadi pusat segala cerita. Terutama hari ini, untuk kembali mengingat dan bermain petikan jari lagi untuk mencatat si strawberry di pasar malam.
Senang jika strawberry ini dinikmati dengan segelas cappuccino. Jadi ramuan penggiat bagi si penulis untuk filem bisunya. Kebisuan yang ditimbulkan hanya sekedar olahan manisan strawberry, maka hanya sebagian orang yang mengerti, jika anda mengerti, maka selamat. Anda sungguh peka. Lihatan yang teramat cerdik dari sekedar keluarbiasaan indera pada retina.